Your PhoneFriends
07:57WIB
Samsons - Self Titled 2009
Grup band Samsons kembali meluncurkan album baru yang diberi titel Samsons. Album ini melengkapi dua album sebelumnya yang bertajuk Naluri Lelaki dan Penantian Hidup. Album ini mengusung single utama Masih (Mencintainya) dan Tak Ada Tempat Seperti Surga.
Terpilihnya judul Samsons pada album ketiga ini adalah karena para personel Samsons telah menemukan kembali orisinalitas musik yang mereka anut sejak awal.
Album ketiga Samsons, menurut vokalisnya, Bams merupakan yang paling istimewa. Untuk kali ini grup ini lebih menonjolkan personel sendiri. Selain itu, Samsons juga tak ingin keluar dari idealisme bermusik mereka.
“Yang ditonjolkan adalah kita berlima. Kita selalu bilang ini adalah jawaban dari pertanyaan teman-teman. Semua album kita adalah idealisme kita. Kalau kita memainkan musik yang tidak kita suka, ya buat apa kita main musik,” terangnya.
Materinya dibandingkan album kedua lebih beda. Kalau album kedua lebih ke tematik yaitu orkestra. Album ketiga ini balik lagi ke Samsonsnya sendiri. Jadi mencerminkan selera musik dari masing personel.
“Album ini kembali ke kita lagi, balik ke orisinalitas kita dan lebih kepada menemukan porsi Samsons itu seperti apa dan sebenarnya,” ungkap Bams.
Pita Analog
Dengan materi album yang lebih ke arah idealisme ini, Samsons yakin sudah sangat pas. Namun, semua tetap kembali ke pasar. Samsons tidak bisa memprediksi soal selera penikmat musik. Yang pasti, jika fans mereka makin bertambah maka semua itu patut disyukuri.
“Pasti kita akan berkembang, misalkan ada perubahan itu pasti untuk menuju yang lebih baik, dan tahu yang kita mau, dan lebih bijaksana dalam berkarya. Mudah-mudahan musik yang kita perdengarkan sekarang ini mewakili Samsons yang sebenarnya. Kita merasa sudah menemukan Samsons yang sesungguhnya,” tutur Irfan, gitaris Samsons.
Keunikan lain dari album ini adalah memilih untuk back to nature alias kembali ke zaman dulu. Yang dimaksud kembali ke zaman dulu adalah proses rekamannya, di mana mereka memilih menggunakan pita, bukan digital.
“Kami ingin merasakan bikin album kayak zaman dulu. Susah banget, tapi bisa kita lewati sampai album ini jadi. Banyak banget deh suka dukanya dalam pembuatan album ini,” terang Bams.
Rekaman dengan pita, lanjut Bams, cukup sulit. Pasalnya, mereka tidak bisa mengulang dan terbatas hanya beberapa track saja. Karenanya, rekaman dengan menggunakan pita ini sudah lama ditinggalkan para musisi lainnya.
“Kalau tiga kali salah, kualitas pita menjadi menurun. Dan pastinya cari pitanya susah,” katanya.
Namun, lanjut Bams, rekaman menggunakan pita juga memiliki kelebihan, yaitu suaranya akan terdengar lebih bagus, ketimbang rekaman digital.
“Kalau kita pakai digital itu soundnya beda. Kita ingin merasakan rekaman pakai pita. Zaman sekarang kan banyak yang rekaman pakai digital, terus suaranya bisa diedit, dibikin jadi bagus. Dengan menggunakan pita analog ini adalah kepedulian kita terhadap musik Indonesia yang lebih berwarna, nggak monoton,” pungkasnya.
(Sumber : http://harianjoglosemar.com)